Oleh: Muhammad Nur
Kepala Seksi Verifikasi dan Akuntansi
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Banda Aceh/
Labbaik Allahumma Labbaik.Labaika Laa Syarika Laka Labbaik. Innal Hamda Wan Ni'mata Laka Wal Mulk. Laa Syarika Lak.
Bulan Juni hingga Juli 2022 ini dapat dikatakan menjadi musim haji perdana bagi masyarakat Indonesia pasca pandemi. Tahun 2022 (1443 H) ini, Indonesia menjadi negara yang mengirimkan jema'ah haji terbanyak, yaitu sebesar 100.051 jema'ah haji, diikuti Pakistan, India, Bangladesh, dan Nigeria (detikcom, 18 Juni 2022).
Sebagaimana diketahui pada tahun 2020 dan 2021 yang terdampak pandemi membuat pemerintah Arab Saudi sangat membatasi jema'ah haji dan umrah, bahkan dapat dikatakan nyaris tidak ada jema'ah haji yang berangkat ke Tanah Suci.
Hal ini tentu sangat memukul, tidak hanya para jema'ah yang sudah antri belasan bahkan puluhan tahun untuk berangkat menunaikan rukun Islam yang kelima, tetapi juga tentu berdampak pada banyak sektor ekonomi penunjang aktivitas di musim- musim haji.
Dana besar yang harus dikeluarkan oleh jema'ah haji tentu saja memiliki dimensi ekonomi yang sangat kuat. Berdasarkan data Sosial Ekonomi Nasional, dapat diketahui bahwa pengeluaran biaya perjalanan ibadah haji, umrah, dan perjalanan rohani masyarakat mencapaiangka lebih dari Rp 21 triliun pada 2019 dan lebih dari Rp 22 triliun pada tahun 2020 (republika.id, 3 April 2022).
Maka pada musim haji perdana pasca pandemi di tahun 2022 ini, roda ekonomi kembali bergeliat. Jema'ah haji tentu sangat antusias menyambut kembali panggilan Allah SWT. Kerinduan yang sudah terpendam sekian lamanya untuk berkunjung ke Baitullah akan segera lunas.
Pun demikian bagi pemerintah Indonesia, dengan kembali dibukanya gerbang musim haji di tahun ini menjadi sebuah angin segar bagi penunjang pertumbuhan ekonomi baik secara makro maupun mikro. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Hilman Latief menyatakan bahwa sektor haji dan umrah memiliki dampak perekonomian yang cukup besar, misalnya untuk konsumsi jema'ah di Tanah Suci dari ekspor perikanan dan pertanian ke Arab Saudi (haji.kemenag.go.id, 1 Maret 2022).
Manfaat dan berkah ibadah haji juga dirasakan dalam masa sebelum haji, ketika haji, dan setelah haji dilaksanakan (Jiwanto, ikadi.or.id, 4 Januari 2010). Menurut kitab tafsir Ibnu Abbas, manfaat haji setidaknya ada dua, yaitu manfaat terhadap kehidupan dunia -misalnya keuntungan dan perdagangan, serta manfaat terhadap akhirat -yaitu doa dan ibadah (Sa'diyah, 2019, digilib.uinsby.ac.id).
Sebut saja, gerai oleh-oleh haji, travel haji dan umrah, perusahaan penerbangan, usaha katering, serta UMKM penyedia perlengkapan haji seperti baju batik, kain ihram, koper, percetakan buku panduan haji dan nametag, dan banyak lagi usaha-usaha lainnya yang bahkan sudah ada yang gulung tikar, saat ini kembali kecipratan berkah dari para jema'ah haji. Hal ini tentu akan berdampak positif pada bertumbuhnya usaha-usaha masyarakat yang terkait dengan momentum musim haji kali ini.
Gairah dan antusiasme tentu tidak hanya dirasakan oleh jema'ah haji saja, tetapi juga oleh semua pihak yang berkaitan dengan aktivitas musim haji itu sendiri. Mari kita bahas secara ringkas satu-persatu.
Pertama, gerai-gerai oleh-oleh tentu kembali kebanjiran pesanan dari para jema'ah. Makanan ringan, air zamzam, sajadah, sarung, peci, mukena, jilbab, dan segala macam pernak-pernik oleh-oleh dari jema'ah haji umumnya tidak dibeli di Arab Saudi, akan tetapi jamak kita ketahui bahwa kebanyakan oleh-oleh tersebut justru dibeli di gerai-gerai lokal saja.
Hampir di setiap daerah memiliki toko dan gerai semacam ini. Selanjutnya, jasa travel haji dan umrah tentu saja menjadi salah satu aktor utama dalam kisah musim haji kali ini. Setelah dua musim haji vakum melayani jema'ah, tahun ini travel haji dan umrah dapat kembali memberikan pelayanan kepada jema'ah, misalnya untuk kegiatan manasik, pengurusan visa, dan sebagainya. Dampak lanjutan dari hal ini juga ke perusahaan transportasi.
Bus-bus pariwisata dapat kembali beroperasi mengantar dan menjemput jema'ah ke bandara. Berikutnya perusahaan penerbangan. Tentu saja setelah dua tahun tidak melayani ratusan ribu jema'ah haji dan umrah, maka pada tahun ini perusahaan-perusahaan penerbangan dapat kembali melayani jema'ah terbang ke Tanah Suci.
Kenaikan frekuensi penerbangan ini tentu akan berdampak signifikan pada keuangan perusahaan penerbangan terkait, selain juga dampak kepada para pilot dan awak pesawatnya tentu saja.
Dampak lain musim haji ini adalah pada UMKM penyedia perlengkapan haji. Sebut saja kain batik-termasuk para penjahitnya, kain ihram, koper jema'ah, dan juga buku panduan serta nametag bagi para jema'ah haji.
Secara sekilas mungkin kita akan menilai bahwa kenaikan omset hanya terjadi pada pemilik usaha-usaha tersebut saja. Namun jika kita bisa melihat secara lebih luas, maka dampak berkelanjutan dari hal ini juga sampai kepada usaha-usaha penyedia bahan bakunya, seperti benang dan kain, kertas dan tinta, percetakan, pengemasan, jasa ekspedisi, dan banyak lain usaha lain dalam rantai ekonomi yang akan terdampak secara positif.
Terakhir, sebagaimana kita ketahui bahwa kebiasaan masyarakat Indonesia ketika jema'ah akan berangkat ke Tanah Suci dan/atau ketika sampai kembali ke tanah air pada umumnya mereka akan menyelenggarakan acara do'a bersama/tasyakuran dengan mengundang kerabat dan tetangga (Khusnah, 2016, digilib.uinkhas.ac.id).
Acara-acara semacam ini tentu akan berdampak pada kenaikan omzet para pengusaha katering dan juga para pedagang bahan makanan di pasar modern maupun tradisional, bahkan bisa juga hingga ke para petaninya.
Keterkaitan ibadah haji dengan transaksi ekonomi sangatlah erat, di mana dalam ibadah haji tersimpan potensi ekonomi yang besar melalui interaksi jual beli, pinjam-meminjam, titipan, dan amanat (Kholim, haji.okezone.com, 10 Oktober 2010). Dengan ibadah haji, maka beberapa sektor ekonomi akan berjalan, pendapatan masyarakat meningkat, serta sektor produksi dan distribusi juga akan meningkat (Jabani, 2020, repository.umpalopo.ac.id).
Dari pembahasan ringkas di atas kita dapat merenungi bahwa musim haji selalu saja membawa berkah bagi semua orang. Musim haji juga membawa berkah pada berputarnya roda ekonomi masyarakat dan bangsa Indonesia.
Disclaimer: Tulisan ini adalah opini pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan organisasi tempat penulis bekerja saat ini.
Tulisan ini telah diterbitkan di detikFinance, 20 Juni 2022
0 Komentar